Sentimen risk appetite (minat terhadap resiko) masih
membayangi pergerakan pasar keuangan pagi ini terutama pasar saham dan
mata uang utama dunia. Pernyataan Janet Yellen (Gubernur Fed) yang masih
mendukung pelonggaran moneter, bagusnya data-data ekonomi negara maju dan ekspektasi penggelontoran stimulus oleh Pemerintah China menjadi faktor pemicu risk appetite ini.
Sementara nilai tukar dollar
Australia dan dollar New Zealand tertekan menanggapi data-data ekonomi
China yang memburuk. Ini juga terefleksi dari penurunan harga minyak mentah
WTI. Sedangkan yen Jepang melemah didorong ekspektasi penambahan
stimulus oleh Bank Sentral Jepang pasca penerapan kenaikan pajak
penjualan.
Pagi ini dollar Australia juga mendapatkan tekanan turun dari
buruknya data Ijin Membangun (Building Approvals) yang turun 5%, jauh di
bawah data sebelumnya dan ekspektasi pasar, masing-masing 6,9% dan -2%.
Kamis besok (3/4), dollar Aussie akan mendapatkan market movers dari data Neraca Perdagangan, Penjualan Ritel dan pidato Gubernur Bank Sentral Australia Glenn Stevens.
Market mover dari Zona Euro
hari ini adalah data Perubahan Jumlah Pengangguran Spanyol yang
diprediksi turun 5300 orang. Kemarin nilai tukar euro mendapatkan
dukungan dari bagusnya data tingkat pengangguran Zona Euro dan Jerman.
Nilai tukar euro juga mendapatkan dukungan dari asumsi yang berkembang
di pasar bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan tidak akan melakukan
pelonggaran moneter pada rapat moneter yang berlangsung Kamis besok.
Sementara Inggris akan merilis data Indeks Harga Rumah dan
Construction PMI. Data ini merefleksikan kondisi sektor perumahan dan
konstruksi di Inggris yang sedang bagus-bagusnya. Bagusnya data ini bisa
mendongkrak nilai tukar poundsterling.
Malam hari, AS akan merilis data ekonomi Non-Farm Payrolls (NFP) yang disurvei oleh lembaga swasta ADP.
Data ini bisa menjadi gambaran data NFP dari pemerintah AS yang akan
dirilis Jumat ini. AS juga akan merilis data stok minyak mentah WTI yang
bisa berpengaruh pada harga minyak. Stok minyak diperkirakan akan
kembali naik sebesar 1,3 juta barel.
Sumber : Monexnews.com
0 komentar:
Posting Komentar